.
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sistem Pencernaan

Digestive system diagram numbered.svg
Diagram sistem pencernaan

  1. Kelenjar ludah
  2. Parotis
  3. Submandibularis (bawah rahang)
  4. Sublingualis (bawah lidah)
  5. Rongga mulut
  6. Amandel
  7. Lidah
  8. Esofagus
  9. Pankreas
  10. Lambung
  11. Saluran pankreas
  12. Hati
  13. Kantung empedu
  14. duodenum
  15. Saluran empedu
  16. Kolon
  17. Kolon transversum
  18. Kolon ascenden
  19. Kolon descenden
  20. Ileum
  21. Sekum
  22. Appendiks
  23. Rektum
  24. Anus
  25. A. Organ-Organ Pencernaan
    Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan
    organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara
    proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
    sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-
    bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
    tubuh.
    Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan
    menjadi dua macam seperti berikut.
    1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu
    lidah serta peremasan yang terjadi di lambung.
    2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh
    enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
    molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
    Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada
    di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
    pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal
    berikut.
    1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
    2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
    3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
    4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih
    sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung.
    5. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
    6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna
    untuk tubuh melalui anus.
    Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan
    serangkaian alat-alat pencernaan sebagai berikut.
    1. Mulut
    Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
    Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam
    mulut seperti Gambar 6.1, terdapat beberapa alat yang berperan
    dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah
    (glandula salivales).
    a. Gigi
    Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan
    mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi
    potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
    enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan
    lebih efisien dan cepat. Selama pertumbuhan dan per-
    kembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari
    gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi
    dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu
    (dens lakteus). Pada anak berusia 6
    tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut.
    1) Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi
    memotong makanan.
    2) Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi
    merobek makanan.
    3) Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah,
    berfungsi mengunyah makanan.
    Struktur luar gigi terdiri
    atas bagian-bagian berikut.
    1) Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak
    dari luar.
    2) Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam
    di dalam rahang.
    3) Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung
    oleh gusi.
    Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian-
    bagiannya sebagai berikut.
    1) Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar
    gigi. Email merupakan struktur terkeras dari tubuh,
    mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
    2) Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email,
    tersusun atas zat dentin.
    3) Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling
    dalam. Di pulpa terdapat kapiler, arteri, vena, dan saraf.
    4) Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk
    ke rahang.
    b. Lidah
    Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk mem-
    bantu mencampur dan menelan makanan, mempertahankan
    makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah
    saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan.
    Lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa makanan karena
    mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah
    tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan
    lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir
    (mukosa).
    c. Kelenjar ludah
    Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut,
    yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula
    sublingualis atau glandula submandibularis. Amati gambar 6.4
    agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut.
    Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat
    makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah
    makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah ber-
    peran secara kimiawi dalam proses membasahi dan mem-
    buat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah
    terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini meng-
    uraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana
    (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan
    dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur
    disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan
    selanjutnya.
    2. Kerongkongan (Esofagus)
    Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang
    tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi
    kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung.
    Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan
    yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding
    kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin.
    Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
    kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut
    ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak
    peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
    Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot
    secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara me-
    manjang dan melingkar. Proses gerak bolus di dalam kerongkongan
    menuju lambung
    Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas)
    terbuka sebagai jalannya udara dari hidung. Di kerongkongan,
    epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk
    ke paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk
    ke dalam kerongkongan. Sewaktu makanan bergerak menuju
    kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan mirip gelambir
    di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup
    saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah
    tutup trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk
    trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan.
    3. Lambung
    Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk
    seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Dengan
    mengamati Gambar 6.5, Anda dapat mengetahui bahwa lambung
    terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
    a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber-
    batasan dengan esofagus.
    b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan
    atau tengah lambung.
    c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan
    usus halus.
    Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan ter-
    dapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila
    ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot
    yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat ber-
    kontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-
    otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan
    mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
    Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh
    getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak
    pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian dalam
    dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi
    dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi
    bila cidera. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan
    bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandung
    bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas
    air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan
    enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
    Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
    a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah
    lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim
    ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan
    pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
    b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
    c. Mengubah kelarutan garam mineral.
    d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat
    membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama
    bolus.
    e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung
    dan usus dua belas jari.
    f. Merangsang sekresi getah usus.
    Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan
    kasein atau protein susu dari air susu. Lambung dalam suasana
    asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
    ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul-
    molekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah
    lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
    Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu
    sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini
    berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit
    demi sedikit.
    4. Usus halus
    Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang
    panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25 mm dengan banyak
    lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi
    memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap
    proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk
    mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan.
    Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
    a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
    b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
    c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
    Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-
    molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung,
    molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung,
    molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain.
    Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih
    sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu
    molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
    amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul
    gliserol dan asam lemak.
    Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak
    bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk
    membantu proses pencernaan kimiawi ini.
    Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam
    dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan.
    Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah
    pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan
    empedu, getah pankreas, dan getah usus.
    a. Cairan Empedu
    Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa
    air, dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung
    mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan
    makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
    berikut.
    1) Air, berguna sebagai pelarut utama.
    2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan
    duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus.
    3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang
    mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu
    juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak
    dan air (mengemulsikan lemak).
    Cairan ini dihasilkan oleh hati. Perhatikan Gambar 6.9.
    Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh
    yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati
    berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan
    zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari
    darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi
    membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat,
    pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
    peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
    Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan
    masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu
    berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum
    lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu
    terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi
    menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan
    aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak
    peristaltik usus.
    b. Getah Pankreas
    Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas.
    Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang
    menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan
    dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
    insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-
    pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini
    berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan
    mencegah diabetes melitus.
    Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui
    saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pankreas
    terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam
    pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan pro-
    tein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati.
    c. Getah Usus
    Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang
    mampu menghasilkan getah usus. Getah usus mengandung
    enzim-enzim seperti berikut.
    1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pe-
    mecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
    2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses
    pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa.
    3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses
    pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
    4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat
    proses pemecahan peptida menjadi asam amino.
    Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol
    hasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi atau
    diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
    jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga
    diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak,
    penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan
    vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh
    jonjot usus.
    Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan
    sifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-
    bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalam
    penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl
    –, HCO3
    –, dan ion-ion
    bivalen. Ion K+
    penyerapannya terbatas di jejunum.
    Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum.
    Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi
    (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah,
    pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan
    glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui
    sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak
    bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk
    emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke
    dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan,
    kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk
    lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi,
    yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
    Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedang-
    kan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan
    dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat
    diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar
    (kolon).
    5. Usus besar
    Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri
    atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.
    Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum
    crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).
    Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut
    appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah
    putih yang berperan dalam imunitas.
    Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke
    bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa
    ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
    yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral
    kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu
    kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar
    selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
    pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu
    bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk
    vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
    peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit
    ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan
    akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
    Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian
    rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik.
    Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot
    sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi.
    Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai
    dengan sempurna.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar